Viral Bule Jualan Mi Ayam di Jogja, Harganya Murah Cuma Rp7.000
Encrypting your link and protect the link from viruses, malware, thief, etc! Made your link safe to visit.
Maskode - Viral Bule Jualan Mi Ayam di Jogja, Harganya Murah Cuma Rp7.000. Siapa sih yang tidak menyukai makan mi? Tentu semua orang senang dengan makanan ini, makanan yang gampang di dapatkan di beberapa wilayah ini benar-benar di sukai oleh hampir semua orang dimulai dari beberapa anak sampai orang dewasa. Banyak warung yang menyediakan bermacam macam rasa dan toping yang menggugah rasa lidah konsumen setianya. Tidak cuman di warung, penjual mi umumnya menggunakan gerobak untuk jual dagangannya dengan mangkal pada tempat tertentu dan ada pula yang keliling untuk cari konsumen.
Belum lama ini, terdapat sebuah unggahan viral tentang seorang bule yang berjualan mi ayam di Jogja. Warung mi ayam itu berada di kawasan Jalan Moses Gatot Kaca Ruko B21, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman dan diberi nama Bakso Mie Ayam Telolet. Rasa penasaran ini membawa reporter SuaraJogja.id melihat lebih dekat sekaligus mencicipi racikan mi ayam buatan bule tersebut. Warungnya tidak terlalu luas, dengan beberapa meja dan kursi yang sudah tertata rapi.
Namanya adalah Charlotte Peeters, warga negara Belanda yang lahir pada Maret 1983. Keramahan Charlotte sudah terasa saat menyambut setiap pembeli di warung tersebut. Ia, yang sudah terbilang fasih dalam menggunakan bahasa Indonesia, langsung menawari minuman sebagai pelepas dahaga di siang yang cukup terik.
"Sebelumnya kami [ia dan suami], punya usaha di bidang pariwisata, sampai sekarang pun masih, tapi belum jalan lagi. Nah, warung ini digunakan untuk tempat menginap para karyawan dulu. Namun karena sekarang tidak ada, lalu kami berpikir cara lain untuk bisa mencari pemasukan," kata Charlotte di warungnya, Kamis (21/1/2021).
Charlotte mengaku, sejak dulu sudah punya keinginan untuk membuka warung kuliner. Kebetulan, sang suami doyan makan bakso, dan ia sendiri suka mi ayam, maka perpaduan itu dianggap cocok. Dari situlah awal mula keberanian membuka warung mi ayam dan bakso itu muncul hingga tepatnya pada 17 Agustus 2020, warung mi ayam dan bakso ini mulai beroperasi.
"Harga awal dulu malah cuma Rp5 ribu untuk satu porsi, tetapi sejak 1,5 bulan beroperasi, kami mulai naikin harganya menjadi mulai dari Rp7 ribu satu porsi mi ayam. Selain mi ayam, ada bakso, dicampur juga bisa. Lalu sejak sebulan lalu ada miyago atau mi ayam goreng tanpa kuah dan bumbu, yang berbeda dari mi ayam biasa," cetusnya.
Terkait harga yang terbilang cukup terjangkau untuk kantong masyarakat, Charlotte menyebut itu bagian dari tantangan tersendiri baginya. Sebab menurutnya, yang paling penting adalah menyajikan makanan dengan harga murah dan semua orang bisa menikmati. Namun di balik harganya yang murah itu, rasa makanan juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Artinya, rasa harus tetap enak untuk menciptakan suatu pengalaman yang berkesan bagi para pelanggan.
"Karena kami sendiri merasakan dampak pandemi Covid-19 ini seperti apa. Ini juga salah satu kenapa memilih mi ayam dan bakso, karena misal memilih makanan lain, belum tentu bisa kasih harga murah," tuturnya. Charlotte sendiri bukan penggemar mi ayam yang memiliki cita rasa terlalu manis. Hal itu juga dibuktikan dari mi ayam racikannya, yang dibuat menjadi lebih gurih.
Sementara untuk campuran cita rasa Belanda, yang merupakan negara asalnya, tidak ada sama sekali. Disebutkan Charlotte, mi ayam buatannya bercita rasa Indonesia asli. Ia pun mengaku, bersama timnya yang bekerja di warung itu, hingga saat ini masih terus belajar untuk meracik mi ayam yang sesuai selera. Khususnya Charlotte, ia sering melihat koki yang biasanya memasak untuk belajar lagi.
"Untuk preparasi awal saya masih belajar, tetapi untuk akhir, seperti memasak mi, menyiapkan piring, dan lain-lain gampang, tapi yang di belakang, di dapur [racik bumbu dan lain-lain] itu masih belajar dengan kokinya," terangnya. Terkait cita rasa, Charlotte selalu berdiskusi dengan karyawan lainnya untuk menciptakan mi ayam yang tidak terlalu manis. Walaupun saat ini rasanya sudah dianggap cocok, tapi peningkatan kualitas itu akan terus dilakukan.
Tidak dipungkiri juga bahwa semua orang punya selera masing-masing. Namun, masukan yang diberikan pelanggan yang datang juga akan tetap didengar dan dipertimbangkan lebih lanjut. Walaupun saat ini Charlotte juga sudah memiliki dua karyawan yang bekerja di warung, tapi ia tidak mau tinggal diam begitu saja. Ia kadang masih sering meracik sendiri mi ayam pesanan pelanggan saat karyawannya tidak ada.
"Kemarin sempat karyawan yang biasanya meracik mi ayam sakit, jadi saya yang gantikan. Sekarang kalau sudah masuk lagi pun, tetap saya bantu-bantu di warung. Itu semua tidak masalah karena saya memang orang yang tidak bisa duduk diam. Apa pun saya siap kerjakan. Ketika itu koki tidak ada, saya bisa bantu. Saat semua tim lengkap masuk pun, juga tetap saya bantu, misal antar makan dan minum ke meja dan lainnya," ujarnya.
Diceritakan Charlotte bahwa sebelum warung mi ayamnya viral di media sosial, banyak pelanggan yang terkejut saat semangkok mi ayam atau bakso disajikan seorang bule.
"Sebelum viral, banyak orang kaget kalau saya yang menyajikan. Reaksi pertama yang kaget itu seolah berpikir tentang bagaimana rasanya nanti makanan yang disajikan, tapi saya suka membuat mereka nyaman, artinya dengan basa-basi, tetapi sejak viral, banyak orang datang dan tidak kaget lagi saat melihat "mbak bule" masak mi ayam," ungkapnya.
Terkait dengan penamaan 'Bakso Mi Ayam Telolet', kata Charlotte, tidak ada arti khusus. Nama itu muncul secara tiba-tiba saat ia memikirkan nama yang pas bagi warungnya dengan sang suami.
Ia menilai, sudah terlalu banyak warung mi ayam dan bakso yang menggunakan nama pemiliknya atau nama bernuansa harapan seperti 'berkah' dan yang lainnya. Sempat ingin menggunakan nama 'Amsterdam', tapi menurutnya itu terlalu berlebihan.
"Sempat kepikiran bikin nama mi ayam bakso Amsterdam atau apa, tetapi kami berpikir, nanti otomatis kalau gitu ekspektasi orang harus ada rasa Belanda-nya, akhirnya enggak tahu aja, tiba-tiba kami dapat "telolet", dan kami berdua cocok dengan itu, dan lucu aja," tuturnya.
Charlotte menuturkan, sejak pemberlakukan aturan Pengetatan secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM), penjualan mi ayam bakso miliknya turun drastis. Selama pandemi saja, setidaknya rata-rata 5-6 kilogram mi saja masih bisa habis dalam sehari.
"Untuk omzet, jujur sejak kemarin viral, sudah mulai naik lagi. Dalam minggu ini, setiap hari setidaknya bisa meraup Rp700-800 ribu, dibandingkan sebelumnya, anjlok, sehari kadang Rp600-700 ribu, tapi juga bisa hanya Rp150 ribu sehari," ucapnya.
Menurut Charlotte, pendapatan saat berjualan mi ayam dan bakso tidak bisa dibandingkan dengan saat ia menjalankan usaha pariwisata dulu. Saat ini, katanya, fokus utamanya adalah untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19, yang belum usai.
Bukan tanpa sebab, di dalam keluarganya, ada dua anak yang masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikannya lagi di masa mendatang dengan kebutuhan harian yang perlu untuk dicukupi. Maka dari itu, berjualan mi ayam ini adalah cara yang ditempuh Charlotte dan suami untuk bertahan menghadapi masa sulit di situasi merebaknya covid-19.
Belum ada Komentar untuk "Viral Bule Jualan Mi Ayam di Jogja, Harganya Murah Cuma Rp7.000 "
Posting Komentar